Virus Influenza Dapar Memicu Kepunahan Pohon

tahukah kamu?
Penyakit flu yang disebabkan oleh virus influenza ternyata dapat mempercepat kepunahan pohon berkayu dan merusak ekosistem hutan.
Fakta ini ditemukan oleh Putri Setiani, ST. (amin..) tadi sore.

Bagaimanakah proses ini terjadi?
Yang pasti virus influenza tidak setega itu untuk menginfeksi tumbuhan jadi bersin-bersin, sampai akhirnya daun di dahan pohon gugur semua dan pohonnya layu karena tidak bisa berfotosintesis.
Pun tidak dengan mekanisme perusakan sistem imunitas pohon terhadap pengaruh lingkungan.

Lalu?
Sederhana saja, pada saat terserang penyakit flu, otomatis pemakaian tissue oleh penderita akan meningkat berkali-kali lipat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan (terhadap diri sendiri), pemakaian tissue saat sedang terserang penyakit flu dapat mencapai 90 helai per hari. Perkiraan tersebut berdasarkan pada asumsi sebagai berikut :
- Pemakaian tissue adalah 5 helai per jam
- Waktu aktif pemakaian adalah 18 jam per hari (6 jam sisanya digunakan untuk tidur)

Kenyataannya, tissue adalah salah satu hasil olahan dari pulp (bubur kayu) yang berasal dari pohon di hutan. Semakin banyak orang yang menderita flu berarti semakin banyak permintaan pasar terhadap tissue, yang juga berarti semakin banyak pohon yang ditebang untuk memproduksi tissue. Teganya kita, membiarkan sebatang pohon tua -yang telah banyak berjasa pada alam sekitarnya- ditebang hanya untuk memastikan bahwa kita dapat bersin2 dengan leluasa! (Sudahkan saya membuat Anda merasa bersalah? belum yaa..)

Efek lain yang diakibatkan oleh meningkatnya timbunan sampah tissue adalah, bahwa kebanyakan pabrik tissue (terutama yang merk-nya tidak jelas) menggunakan bahan pemutih tambahan yang mengandung klorin dalam proses produksinya. Apabila tidak diolah sebagaimana seharusnya, kandungan klorin ini akan bereaksi dengan senyawa organik di alam dan membentuk organoklor, senyawa yang bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). (Mudah-mudahan saya sudah membuat Anda berpikir ulang untuk membuang-buang tissue.. ^^)

Menjaga diri agar tetap sehat dan jauh dari penyakit -khususnya flu- ternyata merupakan cara tersendiri untuk bersikap ramah terhadap lingkungan. Jadi? Yuu mari, jaga kesehatan! Dan tetaplah bersikaplah ramah terhadap lingkungan..

Oh iya, cara penulisan yang benar untuk kata 'tissue' dalam Bahasa Indonesia itu bagaimana sih?


NB : Untuk Anda, yang terpaksa harus menggunakan tissue banyak-banyak, saya merekomendasikan merk'PASEO', karena tidak menggunakan bahan permutih tambahan dalam proses produksinya.
Untuk PASEO, ini memang bukan blog komersil sih, tapi saya tidak akan menolak jika diberi tanda terimakasih yang bukan berbentuk karangan bunga :).

(tulisan yang tercipta dalam kondisi hidung mampet dan hati dipenuhi rasa bersalah karena hari ini pake tissue banyak banget :'( )

Rokok Sialan!


Pemandangan yang paling tidak sedap untuk dilihat saat memulai aktivitas di pagi hari adalah orang2 yang mengendarai motornya sambil merokok. Ya, betapa rokok telah membodohi pecandunya hingga sedemikian. Apapun mereka relakan demi mengisap sebatang benda sialan itu, pun keselamatannya di jalan raya.

Sebegitu diperbudaknya mereka, hingga sekecil apapun kesempatan yang mereka miliki akan dipergunakan untuk bercengkrama dengan rokok. Entah, saya tidak pernah mengerti daya tarik apa yang rokok miliki.

Saya tidak membenci rokok, seperti juga saya tidak membenci perokok. Saya hanya sangat benci pada orang yang menyalakan rokoknya di sekitar saya dan mengganggu kenikmatan menghirup udara bebas serta merampas hak saya atas sebentuk hidup sehat.

Kejahatan macam apa yang saya lakukan sampai kalian tega membunuh saya perlahan?

#1

Jika bumi yang mungil ini sudah dilengkapi dengan segala hal yang dibutuhkan manusia untuk tetap hidup,
kenapa semesta harus tercipta sebegitu maha luasnya?

Jika bumi hanya satu2nya tempat yang memungkinkan untuk adanya kehidupan,
lantas kenapa di luar sana harus ada bintang yang jumlahnya milyaran?

mari mencari dan menelusuri..

thanks to Puput, Acit, kPria, kSupta and kRevi (??) for ur answers..

Anak2 polos menggemaskan itu..

Saya seringkali bingung setiap kali dihampiri oleh pengamen atau pengemis yang masih kecil.


Memberi uang seperti yang mereka harapkan, jelas bukan tindakan yang tepat untuk dilakukan. Pertimbangan utamanya adalah mengingat efek yang akan mereka dapatkan, menciptakan paradigma bahwa hanya dengan meminta2 pun mereka akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, juga memupuk rasa malas pada diri mereka untuk mengejar taraf hidup yang lebih layak. hal lain yang turut menjadi pertimbangan adalah keberadaan dari 'koordinator' pengemis anak2, yang memanfaatkan wajah polos menggemaskan mereka untuk mencari penghasilan. Jadi memberi uang pada anak2 itu pun, belum tentu mereka dapat menikmati.

Tidak melakukan apa-apa (apalagi ditambah mengumpat2 melihat kegiatan yang mereka lakukan) lebih jelas lagi, bukan merupakan solusi dan tidak akan memperbaiki apapun.

Dilematis, memberi uang pada mereka sangatlah tidak mendidik, tapi juga sungguh tega saat kita hanya memalingkan muka menghadapi adik kecil yang menengadahkan tangan.


Alternatif yang kemudian hadir untuk diterapkan adalah memberikan makanan atau minuman yang bergizi untuk mereka. Pilihan yang lebih baik, mengingat bahwa sebagian besar waktu dari anak2 itu dihabiskan di jalanan yang sarat akan polusi udara, mereka membutuhkan asupan dengan kandungan gizi yang cukup agar tubuh mereka dapat menetralisir dan meminimalisir akibat dari paparan terhadap polutan. Juga karena makanan ini pasti dapat dinikmati oleh mereka, sepertinya para preman 'koordinator pengemis' itu tidak akan berminat untuk menikmati sekotak imut susu stroberi atau biskuit coklat dengan kemasan cantik (saya belum pernah melihat preman minum susu kotak, apalagi yang kemasan mungil untuk anak-anak ;>).

Tapi ini pun hanya alternatif sementara, karna sekotak susu atau sebungkus biskuit tidak akan mampu membawakan mereka masa depan yang lebih baik.

Lalu langkah kongkrit apa yang bisa kita lakukan? Ada yang punya ide brilian? Mari kita berkonspirasi untuk membangun masa depan yang lebih baik..

segelas susu hangat di pagi hari


Minum susu di pagi hari adalah salah satu hal yang sangat lumrah saya lakukan. Seperti kebiasaan lainnya, hal ini saya lakukan bergitu saja, tanpa banyak pemikiran atau pertimbangan. Saat pagi menjelang adalah saat minum susu, sesederhana itu saja.


Namun entah mengapa pagi kemarin saya tiba-tiba terusik untuk berpikir sedikit lebih mendalam mengenai aktivitas minum susu yang sudah mendarah daging ini. Pernahkah anda -yang mungkin sering minum susu juga di pagi hari- memikirkan proses pra dan pasca yang terjadi selama kita minum susu?


Tidak usah terlalu jauh, yang akan kita telusuri hanya proses pernyiapan segelas susu hangat yang kita minum tiap pagi. Untuk menyiapkan segelas susu yang kita minum, diperlukan air panas yang dimasak dengan kompor yang membutuhkan energi dari LPG, Liquid Petroleum Gas, salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Susu yang kita minum membutuhkan air. Setelah habis, gelas yang kita gunakan juga harus dicuci, dengan air tentunya. Pernahkah kita memikirkan berapa banyak air yang kita habiskan hanya untuk menikmati segelas susu? hanya 200cc mungkin yang kita minum, tapi untuk mencuci sebuah gelas sampai layak untuk ditaruh di rak, diperlukan kurang lebih 1L air bersih. Mungkin masih banyak yang belum mengetahui, proses self-purification yang diperlukan oleh air dalam siklusnya memerlukan waktu kurang lebih 100 tahun.


Dan oh, kita belum membahas tentang sabun cuci yang digunakan untuk membuat gelas yang kita gunakan bersih kembali! Sabun cuci adalah pencemar organik, sangat mampu merusak ekosistem air apabila terkonsentrasi dalam dosis tertentu (kurang lebih 10x anda minum susu, 10x gelas dicuci dan 10x gelas digunakan, 1 ikan tak berdosa entah di mana kleyengan dibuatnya).


Ya, bumi ini berkorban begitu banyak untuk menyediakan segelas susu hangat bagi kita setiap pagi..



Bukan! tulisan ini bukan bermaksud untuk menghentikan kebiasaan minum susu tiap pagi, minum susu itu sehat! Dan teruskanlah kebiasaan itu. Bukan juga menganjurkan untuk mencampurkan susu bubuk dengan air keran agar tidak menghabiskan LPG, atau mengajarkan untuk tidak mecuci gelas bekas pakai. Jorok sekali!


Tulisan ini bermaksud untuk mengingatkan kita semua -tentu saja diri saya sendiri juga-, bahwa untuk hal yang kita anggap remeh saja, bumi berkorban sedemikian banyak. Entah apa saja kontribusi kita untuk merusaknya selama melakukan kegiatan2 dalam 1 hari, 1 bulan, 1 tahun..



Apa yang sudah kita lakukan untuk memperbaikinya?

*terinsipirasi dari salah satu tulisan di blog Dee*